Minggu, 21 November 2010

Kepemimpinan/Leadership


MAKALAH
KEPEMIMPINAN
(Sebuah Refleksi dan Kerinduan)



Oleh:
ALLEN CH. MANONGKO





KEPEMIMPINAN
(Sebuah Refleksi dan Kerinduan)
Remah hidup……
Disaat aku dikandung ibuku dan dlahirkan kedunia oleh Ibuku, saat mataku terbuka kupandang sosok yang  ibuku membelaiku, menetekku dan menggendongku…sungguh kurasakan nikmatnya hidupku…yang tanpa beban, yang ada hanya nangis, tetek, maam, dll…indahnya masa kecilku…tanpa mencari…kudapat,…tanpa meminta diberi, oh…alangkah bahagianya hidup ini…
Selanjutnya………………..bla…bla….bla…..
Saat umurku 6 tahun, kumasuk sekolah dasar, hal yang kuingat hingga saat ini, saat guruku member pertanyaan pada semua murid-murid… Pertanyaannya: Jika besar nanti, kamu mau jadi apa?. Banyak jawaban yang dikemukakan. Seperti : Aku mau jadi …………………….. guru,…dokter,…petani,…olahragawan,..menteri,..presiden,…dll..
Aku memang tidak seperti yang disampaikan oleh teman-teman, cita-citaku mau jadi guru…sehingga saat sekarang ini saya telah menjadi guru, saya berpikir, memang tepat…..
Tapi yang menarik, temanku cita-citanya mau jadi presiden….oh sungguh indah dan agung…tapi kenyataannya tidak seperti yang disampaikan…..namun, bukanlah kenyataan yang menjadi permasalahan, tapi keinginan yang temanku rindukan……

Menjadi Presiden atau pemimpin secara umum, adalah hal yang sungguh dirindukan oleh semua orang, dengan cara apapun setiap orang ingin mendapatkan hal itu.
Pantaskah….layakkah…..
Pertanyaan yang bisa digambarkan bagi setiap orang untuk menjawab…
Selanjutnya….pertanyaan berikut adalah, jika kita telah menjadi pemimpin, apakah kita bisa menjadi pemimpin yang diharapkan oleh semua orang?
Menjawab pertanyaan ini, bukanlah hal yang mudah dan juga sulit.
Marilah kita bertukar informasi (Konsep dan Teori dan Realita), seputar pemimpin dan kepemimpinan di Negara tercinta INDONESIA.

Indonesia mengalami krisis multidimensi sampai detik ini………………….
 Krisis tersebut mendera berbagai bidang, mulai dari ekonomi,
 politik, budaya, sains, kesehatan, dan kemanusiaan………………………….
Seakan tidak ada  jalan keluar dari semua krisis tersebut.
 Adapun salah satu krisis yang paling nyata kita hadapi adalah krisis kepemimpinan…………
Kita mengalami kegamangan dalam memilih tipe kepemimpinan yang tepat untuk negeri kita yang tercinta. …………………………………………
Ada sebagian intelektual, yang menganjurkan ‘westernisasi’, yaitu secara total mengikuti gaya
kepemimpinan Amerika Serikat atau Eropa. …………………………
Ada juga  sebagian yang merasa panik dengan gelombang globalisasi  dan westernisasi, dan memilih berlindung di balik jubah primordialisme, entah berbasis agama, etnis, atau ras. Jaman sekarang,seakan-akan suri teladan dari founding father kita, yaitu Soekarno-Hatta, untuk memadukan  timur dan barat seakan sudah dilupakan……………………
 Era globalisasi mengharuskan kita melakukan  redefinisi mengenai makna kepemimpinan.
 Bukan bersandar pada romantisme masa lalu semata, namun juga bukan semata melakukan imitasi buta…………………..
Siapakah yang pantas menjadi pemimpin kita?





A.       Konsep Kepemimpinan dan Pemimpin
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manajerial dalam kehidupan organisasi yang merupakan posisi kunci (key position), karena seorang pemimpin, berperan sebagai penyelaras dalam proses kerjasama antar manusia dalam organisasinya. Pemimpin akan mampu membedakan karakteristik suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Kata ini  merupakan suatu kata yang diambil dari kamus umum dan dimasukkan ke dalam kamus teknis sebuah disiplin ilmiah tanpa didefinisikan dengan tepat. Sebagai konsekuensinya tentu mempunyai konotasi-konotasi yang tidak saling berhubungan yang menciptakan ambivalensi pengertian. Selanjutnya, adanya kebingungan yang disebabkan oleh penggunaan dari istilah-istilah lain yang tidak tepat, misalnya, kekuasaan, kewewenangan, manajemen, administrasi, kontrol, serta supervisi untuk menggambarkan feno­mena yang sama.
Ada beberapa pengertian kepemimpinan , menurut Stephen Robbins (2002) sebagai Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemim­pinan sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut. Kootz dan O’Donnel dalam Hersey dan Blanchard (1992) mengemukan bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi orang-orang untuk ikut dalam pencapaian tujuan bersama. Selanjutnya disimpulkan bahwa sesungguhnya kepemimpinan itu adalah: “proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”. Dari definisi kepemimpinan ini, dapat dirumuskan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pemimpin, pengikut, dan variabel situasional lainnya.
Soekanto (1995), menjelaskan pengertian kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemim-pinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi , menggerakan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang, untuk mencapai tujuan tertentu, pada situasin tertentu (Abi Sujak, 1990). Stogdill yang dikutip oleh Yukl (1998) telah mengiventarisasi definisi atau pengertian kepemimpinan dari para peneliti berdasarkan persepsi mereka masing-masing seperti berikut :
1.    Kepemimpinan adalah "perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang yang ingin dicapai bersama (shared goal)." (Hemhill & Coons, 1957, hlm. 7)
2.    Kepemimpinan adalah "pengaruh antarpribadi, yang di_jalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui prows komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu." (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961, hlm. 24)
3.    Kepemimpinan adalah "pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi." (Stogdill. 1974, h1m. 411
4.    Kepemimpinan adalah "peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi." (Katz & Kahn, 1978, him. 528)
5.    Kepemimpinan adalah "proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan." (Rauch & Behling, 1984, hlm. 46)
6.    Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. (Jacobs & Jacques, 1990, h1m. 281)
7.    Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde sosial, dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988, hlm. 153).
            Beberapa definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi. Berbagai definisi mengenai kepemimpinan yang telah ditawarkan kelihatannya tidak berisi hal-hal selain itu. Definisi-definisi tersebut berbeda di dalam berbagai aspek, termasuk di dalamnya siapa yang menggunakan pengaruh, sasaran yang ingin diperoleh dari pengaruh tersebut, cara bagaimana pengaruh tersebut digunakan, serta hasil dari usaha menggunakan pengaruh tersebut.  Memperhatikan pandangan dan pendapat mengenai kepemimpinan tersebut di atas antara definisi satu dengan definisi lainnya ada perbedaan-perbedaan dalam redaksinya namun kalau diamati dan difahami secara mendalam maka pada hakikatnya juga banyak terdapat persamaannya atau dengan kata lain pendapat atau pandangan tersebut tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya..
Katagori kepemimpinan dapat dibagi ke dalam tiga eleman, yaitu:
1.      Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi / hubungan (relational concept). Dalam hal ini kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang-orang lain, seperti antara pemimpin dengan pengikut. Jika tidak ada pengikut, maka tidak ada yang disebut pemimpin.
2.      Kepemimpinan merupakan suatu proses (Concept Process )Agar bisa memimpin, maka pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti yang telah diteliti oleh Gardner (1989), kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu posisi otoritas / kewenangan. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, tapi sekedar mendu-duki posisi itu tidak memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin.
3.      Kepemimpinan harus membujuk orang–orang lain untuk mengambil suatu tindakan. Pemimpin membujuk para pengikutnya ,elalui berbagai cara, seperti menggunakan kewenangan yang terlegitimasi, menciptakan model, memberikan imbalan dan hukum-an (reward & punishment), restrukturisasi organisasi dan mengkomunikasikan sebuah visi. 
Kepemimpinan adalah suatu aktivitas atau proses untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan dalam kondisi dan situasi tertentu Adapun unsur-unsur kepemimpinan yang tersirat dalam pandangan atau pemikiran tersebut di atas yaitu: (1) kemampuan mempengaruhi orang lain atau proses mempengaruhi orang lain, (2) orang lain yang dipengaruhi bersedia mengikutinya, dan (3) memiliki tujuan tertentu.
Berbagai model dan teori yang dapat menguraikan tentang kepemimpinan, seperti:
·         Teori-Teori Kontigensi
            Setelah pendekatan ciri dianggap tidak dapat menjelaskan tentang kepemimpinan secara menyeluruh, perhatian pada peneliti beralih pada aspek situasional dari kepemimpinan. Para peneliti perilaku sosial mulai mencari variabel-variabel situasional yang dapat mempengaruhi peran, kemampuan, dan sikap pemimpin, serta kinerja dan kepuasan pengikut. Dengan demikian, teori-teori ini berusaha mencari kejelasan tentang kepemimpinan yang efektif dari keterkaitan antara 3 kekuatan, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi.
·         Model Fiedler
            Model kemungkinan Fiedler mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan dan tingkat mana situasi tertentu memberikan kendali dan pengaruh terhadap pemimpin. Fiedler meyakini bahwa faktor kunci bagi keberhasilan kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan dasar individu, sehingga ia mulai mencoba menemukan apa gaya dasar itu. Fiedler menyatakan bahwa gaya kepemimpian itu harus disesuaikan dengan situasi. Ia mengemukakan tiga dimensi kontigensi yang mendefinisikan faktor situasi utama yang menentukan efektivitas kepemimpinan, yaitu:
1.      Hubungan pemimpin anggota
Tingkat keyakinan, kepercayaan, dan hormat bawahan terhadap pemimpin
2.      Struktur tugas
Tingkat pemroserudan penugasan pekerjaan
3.      Kekuasaan jabatan
Tingkat pengaruh yang dimiliki pemimpin terhadap variabel kekuasaan, seperti memperkerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan menaikkan gaji.
·         Teori Situasional Hersey dan Blanchard
Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mengembangkan suatu model kepemimpinan yang telah memperoleh pengikut yang kuat di kalangan spesialis pengembangan manajemen. Model ini yang disebut teori kepemimpinan situasional-telah digunakan sebagai perangkat utama pelatihan pada perusahaan Fortune 500 seperti Bank America, Cater­pillar, IBM, Mobil Oil, dan Xerox; teori ini juga telah diterima secara luas pada semua dinas militer. Meskipun teori itu mengalami evaluasi yang terbatas dalam pengujian kesahihannya, kita masukkan di sini karena penerimaan yang luas dan daya tarik intui­tifnya yang kuat.
Kepemimpinan situasional merupakan suatu teori kemungkinan yang memusatkan perhatian pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, yang menurut argumen Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Sebelum kita maju, hendaknya kita perjelas dulu dua butir: Mengapa memusatkan perhatian pada pengikut? apa yang diartikan dengan kesiapan itu?
Tekanan pada pengikut dalam keefektifan kepemimpinan mencerminkan kenyataan bahwa merekalah yang menerima baik atau menolak pemimpin. Tidak peduli apa yang dilakukan si pemimpin itu, keefektifan bergantung pada tindakan dari pengikutnya. Inilah suatu dimensi yang penting yang telah dilewatkan atau kurang ditekankan dalam keba­nyakan teori kepemimpinan. Istilah kesiapan readiness, seperti didefinisikan oleh Her­sey dan Blanchard, merujuk ke sejauh mana orang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu.
·         Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (LMX, leader-member exchange) berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para pemimpin membangun suatu hubungan yang istimewa dengan suatu kelompok kecil bawahan mereka. Individu-individu ini menyusun kelompok dalam-mereka memperoleh kepercayaan, mendapat sejumlah perhatian yang tidak proporsional dari si pemimpin, dan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk r. mendapat hak istimewa. Bawahan yang lain berada dalam kelompok-luar. Mereka memperoleh lebih sedikit waktu pemimpin, lebih sedikit imbalan yang disukai yang dikendalikan oleh si pemimpin, dan mendapatkan hubungan atasan-bawahan yang dida­sarkan pada interaksi otoritas yang formal.
Teori itu mengemukakan bahwa awal sekali dalam sejarah interaksi antara seorang pemimpin dan seorang bawahan tertentu, si pemimpin secara implisit mengkategorikan bawahan itu sebagai seorang "dalam" atau "luar" dan bahwa hubungan itu relatif mantap sejalan dengan berlalunya waktu. Tepatnya bagaimana si pemimpin memilih siapa yang masuk tiap kategori tidaklah jelas, tetapi ada bukti bahwa para pemimpin cenderung memilih anggota kelompok-dalam karena mereka mempunyai karakteristik pribadi (misalnya usia, jenis kelamin, sikap) yang serupa dengan si pemimpin.
·         Teori Jalur-Tujuan
Dewasa ini, salah satu pendekatan yang paling dihormati terhadap kepemimpinan adalah teori jalur-tujuan. Dikembangkan oleh Robert House, teori jalur-tujuan merupakan suatu model kemungkinan dari kepemimpinan yang menyuling unsur-unsur utama dan riset kepemimpinan Ohio mengenai struktur awal dan pert imbangan serta teori pengharapan dan motivasi.
Masing-masing pemimpin memiliki gayanya sendiri-sendiri, entah itu diciptakan sendiri maupun meniru atau memodifikasi dari gaya orang lain yang sukses dalam memimpin suatu kelompok. Ini menyebabkan ada bermacam-macam gaya kepemimpinan. Keterkaitan antara gaya kepemimpinan dengan persepsi dan movitasi bawahan ditunjukkan pada teori kepemimpinan path-goal. Teori ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan akan berdampak pada motivasi dan persepsi bawahan akan pekerjaanya, dan akan berujung pada kinerja dari bawahan. Teori ini mengelompokkan gaya-gaya kepemimpinan dalam 4 kelompok besar, yaitu (Luthans,2002):
  1. Gaya kepemimpinan partisipatif
Perilaku pemimpin yang merangsang pengikutnya untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Pemimpin seringkali meminta masukan dan kontribusi dari bawahan, sehingga semua tindakan pemimpin tidak lagi mengejutkan bawahannya. Bawahan juga merasa lebih bertanggung jawab terhadap melaksanakan tugas dari pimpinan karena mereka merasa dihargai dan terlibat dalam pembuatan keputusan.
  1. Gaya kepemimpinan suportif
Perilaku pemimpin yang cenderung simpatik, bersahabat, dan toleran terhadap kebutuhan-kebutuhan dari bawahannya. Pemimpin akan berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi bawahannya, dan berusaha untuk bersifat adil dan mencegah terjadinya konflik yang bersifat destruktif. Gaya seperti ini seringkali dimiliki oleh pemimpin karismatik, dimana bawahan tidak menganggap pemimpin sebagai sosok yang menakutkan, melainkan sosok yang diidolakan.
  1. Gaya kepemimpinan instrumental
Perilaku pemimpin yang memberikan arahan yang detail kepada bawahannya. Pemimpin dengan gaya instrumental cenderung kaku dan ketat, dimana pemimpin akan memberikan instruksi mengenai bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan dan memberlakukan tenggat waktu yang tegas. Gaya kepemimpinan ini tercakup dalam kepemimpinan transaksional, dimana pemimpin akan membimbing dan memotivasi pengikutnya dalam arah tujuan yang sudah dipatok dengan tegas.
  1. Gaya kepemimpinan berorientasi hasil
Kepemimpinan tipe ini tidak banyak memberikan arahan kepada bawahan. Ia juga tidak banyak terlibat dengan kegiatan-kegiatan bawahannya sehingga antara pemimpin dan bawahan jarang terjadi interaksi. Pimpinan gaya ini hanya akan menetapkan suatu target pada pekerjanya, dan membiarkan para pekerja untuk berusaha mencapai target tersebut dengan cara mereka masing-masing. Pemimpin tidak perduli bagaimana cara bawahan mencapai target asalkan target tersebut berhasil tercapai.
Menurut teori jalur-tujuan, perilaku seorang pemimpin dapat diterima-baik oleh para bawahan sejauh itu mereka pandang sebagai suatu sumber kepuasan yang segera atau sebagai suatu sarana bagi kepuasan masa depan. Perilaku seorang pemimpin bersifat motivasional sejauh itu (1) membuat bawahan memerlukan kepuasan yang bergantung pada kinerja yang efektif, dan (2) memberikan latihan [coaching], bimbingan, dukungan, dan ganjaran yang perlu untuk kinerja yang efektif. Untuk mengetes pernyataan ini, House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan. Pemimpin direktif membiarkan bawahan tahu apa yang diharapkan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan memberi bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas. Ini erat seja­jar dengan dimensi struktur awal Ohio. Pemimpin pendukung bersifat ramah dan menun­jukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Pada hakikatnya ini sinonim dengan dimensi pertimbangan Ohio. Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan mengunakan saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Pemimpin berorientasi-prestasi menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk ber­prestasi pada tingkat tertinggi mereka. Berlawanan dengan pandangan Fiedler mengenai perilaku seorang, pemimpin, House mengandaikan bahwa para pemimpin adalah luwes [flexible]. Teori jalur-tujuan menyiratkan bahwa pemimpin yang sama dapat menampakkan setiap atau semua perilaku ini yang bergantung pada situasi.
Berikut ini beberapa contoh hipotesis yang telah berkembang dari dalam teori jalur-tujuan:
a)      Kepemimpinan direktif membawa kepuasan yang lebih besar bila tugas-tugas bersifat ambigu atau penuh-tekanan daripada bila tugas-tugas sangat terstruktur dan ditata dengan baik.
b)      Kepemimpinan suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi bila bawahan mengerjakan tugas yang terstruktur.
c)      Kemungkinan besar kepemimpinan direktif dipersepsikan sebagai berlebih jika bawahannya memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi atau pengalaman yang cukup banyak.
d)     Semakin jelas dan birokratis hubungan-hubungan otoritas formal, pemimpin harus semakin menampilkan perilaku yang mendukung dan mengurangi tekanan pada perilaku direktif.
e)      Kepemimpinan direktif akan membawa kepuasan karyawan yang lebih tinggi bila ada konflik substantif di dalam suatu kelompok kerja.
f)       Bawahan dengan suatu tempat-kedudukan kontrol internal (mereka yang meyakini mengendalikan nasibnya sendiri) akan lebih dipuaskan dengan suatu gaya-partisipatif.
g)      Bawahan dengan suatu tempat kendali eksternal akan lebih dipuaskan dengan suatu gaya direktif.
h)      Kepemimpinan yang berorientasi-prestasi akan meningkatkan pengharapan bawahan yang mendorong kinerja yang tinggi bila tugas-tugas itu terstruktur secara ambigu.
·         Model Partisipasi-Pemimpin
Kembali ke tahun 1973, Victor Vroom dan Phillip Yetton mengembangkan suatu model partisipasi-pemimpin yang menghubungkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dengan pengambilan keputusan. Mengenali bahwa-struktur-struktur tugas mempunyai tuntutan yang beraneka untuk kegiatan rutin dan non-rutin, para peneliti ini berpendapat bahwa perilaku kepemimpinan harus menyesuaikan diri untuk mencerminkan struktur tugas. Model Vroom dan Yetton bersifat normatif-model itu memberikan suatu perang­kat urutan aturan yang seharusnya diikuti untuk menentukan ragam dan banyaknya parti­sipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan. Model itu merupakan pohon keputusan yang rumit yang merangkum tujuh kemungkinan (yang relevansinya dapat diidentifikasi dengan membuat pilihan "Ya" dan "tidak") dan lima gaya kepemimpinan alternatif

B.   PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG KEPEMIMPINAN
            Ketidakefektifan dari teori ciri membuat para peneliti mulai bertanya-tanya apakah terdapat sesuatu yang khas dalam  cara berprilaku seorang pemimpin yang efektif. Jika berhasil, penelitian ini akan memberikan dasar bagi perusahaan untuk memilih orang yang tepat untuk menempati posisi pemimpin. Pengetahuan akan perilaku pemimpin efektif juga membantu individu dan perusahaan untuk melakukan pelatihan perilaku untuk membentuk seseorang menjadi pemimpin.
1.      Penelitian Universitas Negeri Ohio
            Pada tahun 1945 biro penelitian pada universitas Ohio melakukan serangkaian studi tentang kepemimpinan. Tim peneliti bersifat interdisipliner, yaitu terdiri dari ahli di bidang psikologi, sosiologi, dan ekonom dengan menggunakan angket Leader Behavior Description Questionaire (LBDQ) untuk menyiapkan analisis kepemimpinan dari berbagai dimensi. Respondennya adalah berbagai lapisan masyarakat.
            Dari studi ini ditemukan beberapa ciri pemimpin yang kemudian digolongkan kedalam 2 dimensi, yaitu initiating structure dan consideration. Initiating structure adalah tingkat dimana pemimpin berkemungkinan mendefinisikan dan menstruktur perannyua dan peran para anak buahnya dalam mengupayakan pencapaian sasaran. Consideration adalah tingkat dimana pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan dengan rasa saling percaya, penghormatan terhadap gagasan bawahan, dan menghargai perasaan mereka.
2.      Penelitian Universitas Michigan
      Penelitian ini, seperti juga penelitian di universitas ohio, mempunyai sasaran ingin mencari karakteristik perilaku pemimpin yang tampak terkait dengan ukuran efektivitas kinerja. Penelitian universitas Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yang disebut employee-oriented dan production oriented. Employee oriented adalah perilaku pemimpin yang menekankan pada hubungan antar manusia, memberikan perhatian pribadi terhadap kebutuhan karyawan dan menerima perbedaan individual di antara para anggota. Production oriented adalah perilaku pemimpin yang menekankan pada aspek-aspek teknis dari suatu pekerjaan, dimana fokus perhatiannya adalah pada penyelesaian tugas kelompok mereka, dan anggota-anggota kelompok merupakan alat untuk mencapai hasil akhir itu. Hasil dari penelitian Michigan ini juga menunjukkan bahwa perilaku employee-oriented memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan produktivitas.
3.      Penelitian di Skandinavia
      Penelitian Skandinavia menekankan bahwa agar dapat melakukan perubahan, seorang pemimpin efektif harus dapat mengembangkan perilaku development oriented, maksudnya adalah pemimpin yang menghargai eksperimen, pencarian ide-ide baru, serta menciptakan dan mengimplementasikan perubahan.

C.     AKTIVITAS-AKTIVITAS PIMPINAN YANG EFEKTIF
Sehubungan dengan studi dan identifikasi yang dilakukan oleh Luthans (2002) dari aktivitas pemimpin atau manajer dalam melaksanakan kegiatan kesehariannya, secara empiris aktivitasnya adalah sebagai berikut.
1.   Komunikasi
Aktivitas ini terdiri dari pertukaran informasi secara rutin dan mengolah  pekerjaan tulis menulis. Aktivitas ini mengamati perilaku meliputi menjawab pertanyaan-pertanyaan prosedural, menerima dan menyebarkan informasi yang diminta, menyampaikan hasil-hasil yang dicapai, menulis laporan/memo, surat, melaporkan keuangan secara rutin dan pekerjaan umum.
2.   Manajemen Tradisionil
Aktivitas ini terdiri dari perencanaan, pembuatan keputusan, dan pengawasan. Aktivitas ini mengamati perilaku meliputi pengaturan sasaran dan tujuan, mendefinisikan tugas-tugas yang dibutuhkan untuk mencapai /menyempurnakan tujuan-tujuan, men-jadwalkan pekerjaan, menentukan /memberikan pekerjaan, memberikan instruksi-instruksi secara rutin, mendefinisikan masalah-masalah harian, memutuskan/menentukan apa yang harus dilakukan, mengembangkan prosedur-prosedur baru, memeriksa pekerjaan, berjalan keliling untuk memeriksa pekerjaan, memonitoring kinerja data, dan melakukan tindakan pencegahan.
3.   Manajemen Sumberdaya Manusia
Aktivitas ini mengandung kategori perilaku yang sangat penting: memotivasi/memperkuat, mendisiplinkan /menghukum, mengatasi konflik, susunan  kepegawaian, dan pelatihan/ pengembangan. Perilaku yang telah diamati untuk aktivitas ini meliputi pengalokasian penghargaan-penghargaan formal, meminta input, menyampaikan penghargaan, memberikan umpan balik positif, memberikan dukungan kelompok, mencari jalan keluar antara anggota-anggota kelompok kerja, menunjukkan sumber-sumber yang lebih besar atau mengembangkan deskripsi kerja, memeriksa pelamar-pelamar, melakukan wawancara dengan pelamar-pelamar, melayani jika dibutuhkan, berorientasi pada karyawan, menyusun pelatihan, menjelaskan peran-peran, mengajar, menasehati, dan menjalankan anggota-anggota kelompok kerja melalui suatu pekerjaan.
4.   Networking
Aktivitas ini terdiri dari sosialisasi/berpolitik d an berinteraksi dengan orang luar. Perilaku yang diamati, dihubungkan d engan aktivitas yang meliputi obrolan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan; senda gurau informal, mendiskusikan desas-desus, kabar angin, dan mengeluh, ketegangan, menjatuhkan orang lain, berpolitik  dan sportivitas, berhadapan dengan konsumen, suplier dan vendor, menghadiri pertemuan-pertemuan eksternal dan melakukan/menghadiri acara-acara tugas komunitas

D.    TUGAS`DAN FUNGSI
Almarhum Ki Hajar Dewantara mengemukakan ajaran tradisional yang telah lama ada di Jawa, yang menggambarkan tentang tugas dan fungsi seorang pemimpin seperti pepatah yang sering di kemukakan seperti berikut ini:
*      Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.  Bila hal ini diterjemahkan kedalam bahahasa Indonesia kurang lebih mempunyai arti sebagai berikut: Dimuka memberi teladan (contoh yang baik), di tengah-tengah membangun semangat, dan dari belakang memberikan pengaruh dan dukungan. Sehingga dengan demikian seorang pemimpin dapat dikatakan berperan di muka, di tengah dan dibelakang (front leader, social leader, dan rear leader).
*      Selanjutnya bila diuraikan makna dari kalimat ing-ngarso sung tulodo ini, dimana penampilan seorang diharapkan: (a) berani menghadapi rintangan dan bekerja dalam merintis segala macam usaha, (b) Dengan tabah dan keberanian sanggup bekerja yang paling berat, (c) menegakkan disiplin diri sendiri maupun para bawahan, (d) memberikan suri tauladan, (mengabdikan diri kepada kepentingan umum dan segenap anggota organisasi, (e) bijaksana dalam memberikan petunjuk, nasehat dan pertimbangan-pertimbangan, (f) berani menjadi ujung tombak bagi setiap usaha dan perjuangan, (g) sebagai seorang yang harus berdiri paling depan, pemimpin yang demikian memiliki sifat-sifat teguh, tanggap dan tangguh.
*      Sedangkan ing-madyo mangun karso memiliki makna bahwa penampilan seorang pemimpin : (a) mau terjun ditengah-tengah para bawahannya, (b) merasa senasib dan sepenanggungan, (c) sanggup menggugah dan membangkitkan gairah kerja, semangat juang dan etos kerja yang tinggi, (d) karena berada ditengah para bawahannya dia selalu tanggap dan tepat sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasi, (e) memiliki ketajaman perasaan, (f) menghayati kesulitan anak buah, (g) bisa bersifat sabar, berlapang dada untuk menerima kelemahan dan kekurangan para bawahan, tanpa kecewa dan menggerutu
*      Dan tut wuri handayani dalam hal ini pemimpin mempunyai peranan memberi daya kekuatan dan daya pendukung untuk memperkuat sikap langkah dan tindakan bawahannya, penampilan pemimpin diharapkan: (a) selalu memberikan dorongan dan kebebasan agar bawahan mau berprakarsa, berinisiatif dan memiliki kepercayaan diri untuk berkarya, dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan, (b) selalu mengikuti semua kegiatan pengikutnya dengan cermat dan teliti, waspada, dan tepat pada waktunya memberikan koreksi dan pengarahan apabila terjadi kesalahan dan penyimpangan, (c) selalu memberikan nasehat, koreksi dan petunjuk atas dasar rasa sayang dan rasa tanggungjawab yang besar akan keberhasilan usaha yang dilakukan bersama.
Pandangan tersebut walaupun masih bernuasa filsafat  tetapi di dalamnya banyak terdapat nilai-nilai kepemimpinan, yang dapat dipergunakan sebagai rujukan dan sumber inspirasi untuk mengembangkan kepemimpinan seperti yang telah dikembangkan pada teori-teori kepemimpinan yang bersifat ilmiah
E.      SIFAT PEMIMPIN
Sifat pemimpin akan sangat mempengaruhi proses kepemimpinan sendiri . menurut wejangan Prabu Ramawijaya dari Ayodya yang dikenal dengan Hastabrata kepada Raden Wibisana yang akan memimpin Alengka  setelah selesai perang basar antara Rama melawan Rahwana antara lain (Djoko : 2005)
a.       Tanah
Sifat tanah adalah murah dan senantiasa memberi, dalam arti apa saja yang ditanam di tanah tumbuh berbuah berlipat ganda bagi yang menanam. Bahkan, kekayaan yang terkandung di dalam tanah jika diolah akan menambah kesejahteraan bagi pengolahnya. Tanah juga mempunyai sifat teguh dan kuat, sabar dan menerima segalanya, tidak pernah mengeluh dibebani apapun dan tidak membeda-bedakannya, serta selalu menerima apa saja yang jatuh di atasnya. Watak dan perilaku pemimpin seyogyanya seperti tanah, yakni tangguh, sabar, dan tidak cengeng.
b.      Api
Api mempunyai sifat panas namun suci. Sifat pemimpoin yang mencontoh api seharusnya berani “membakar” kekurangan-kekurangan dan memperbaiki kembali serta “menggodok” yang baru yang lebih baik, sesuai keperluan. Tampil berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
c.    Angin
Angin selau berada di segala tempat tanpa membedakan daratan tinggi atau rendah, kota maupun desa, kaya atau miskin. Mencontoh angin seharusnya pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat atau anak buah tanpa mebedakan derajatnya, sehingga secara langsung dapat mengetahui keadaan dan keinguinan anak buahnya.
d.   Air
Air dapat rata, bersimbah ke mana-mana secara seimbang. Demikian pula pemimpin wajib mengusahakan meratanya kemakmuran, keselamatan, dan keselamayan anak buahnya.
e.    Angkasa
Angkasa mempunyai kekuasaan yang tak terbatas sehingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kekuasaan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat hingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya atau anak buahnya yang bermacam-macam sesuai keperluan, persepsi, dan posisi masing-masing. Bahkan pemimpin harus menampung berita apapun mengenai dirinya tanpa kehilangan pengamatan diri, sabar dan tawakkal.
f.     Bulan
Sifat bulan adalah memberikan sinar terang pada waktu malam. Seorang pemimpin wajib memberikan sinar yang menimbulkan semangat serta rasa percaya dan terlindung dari rakyatnya dalam situasi yang pada suatu saat mengalami krisis. Pemimpin wajib memberikan pelajaran-pelajaran, penerangan, yang mengangkat bawahannya dan gelapnya kebodohan.
g.    Matahari
Merupakan sumber energi yang menopang kehidupan di bumi yang membuat semua makhluk hidup tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyat atau anak buahnya untuk membangun negara atau lembaganya, dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk mampu berkarya.
h.    Bintang
Bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga menjadi pedoman (arah). Seorang pemimpin hendaknya menjadikan teladan rakyat atau anak buahnya, tidak ragu menjalankan keputusan yang telah disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang diduga akan menyesatkan.
Teori sepuluh daya ( ”Ten I”) merupakan teori modern dan universal yang berpendapat bahwa pemimpin yang dapat diandalkan untuk melaksanakan kepemimpinan yan baik harus memiliki  antara lain:
a.        Integrity konsistensi atau kejujuran. Seorang pemimpin harus menjauhi kelakuan yang tidak jujur, tidak membohongi diri sendiri, apalagi membohongi orang lain.
b.      Intelegency atau kecerdasan.
c.       Imagination. Kemajuan organisasi yang dipimpinnya tidak hanya terjadi karena meniru atau melakukan sesuatu yang pernah dikerjakan orang lain atau tidak dengan menggunakan cara-cara atau metoda yang persis sama dengan yang ada sebelumnya.
d.      Intuisi atau perasaan yang kuat dalam menghadapi sesuatu seperti dalam pengambilan keputusan, menetapkan kebijaksanaan atau dalam mengatasi berbagai persoalan.
e.       Inventive Sifat ini harus dimiliki pemimpin, karena pemimpin harus berkemampuan menciptakan sesuatu yaitu menciptakan ide-ide cemerlang bagi kemajuan organisasi yang dipimpin.
f.       Inisiative atau prakarsa adalah kemampuan untuk memulai sesuatu atau keberanian untuk memulai tanpa harus menunggu orang lain.
g.      Interest atau perhatian adalah rasa keinginan untuk memperhatikan dan untuk tahu terhadap suatu masalah, terutama yang bersifat spesifik.
h.       Inovative adalah suatu sifat yang selalu berusaha memberikan dorongan dan rangsangan pada bawahannya atau orang-orang yang dipimpinnya baik dalam peningkatan pengetahuan, etos kerja dan dalam pelaksanaan tugas.
i.        Indefatigable. Pemimpin yang mempunyai sifat ini tidak akan mudah putus asa sehingga adanya masalah maupun kendala yang dihadapi bukan suatu penghalang.
j.        Indefinate anthusiame Dengan memiliki sifat ini seorang pemimpin akan melaksanakan bidang tugasnya secara sungguh-sungguh, tidak acuh tak acuh. Termasuk dalam sifat ini adalah mempunyai kemampuan untuk tidak henti-hentinya menerangkan pada yang lain tentang apa yang dikerjakan dengan cara-cara yang menarik.

F.      KEPEMIMPINAN MASA DEPAN
-Pemimpin masa depan adalah sebuah impian-.
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara Amerika Serikat:
”I don’t think you have to be wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.”
—General Ronal Fogleman, US Air Force—
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab:
As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honour And praise. The next, the people fear, And the next the people hate. When the best leader’s work  is done, The people say, ‘we did it ourselves’.
Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka. Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.  Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Karakter Seorang Pemimpin Sejati Setiap kita memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dalam tulisan ini saya memperkenalkan sebuah jenis kepemimpinan yang saya sebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki empat makna.
Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi.
Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ – bahasa Mandarin yang berarti energi kehidupan).
Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi — qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Untuk menutup tulisan ini, saya merangkum kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan saya singkat menjadi 3C , yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell:
”The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.”
(Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut).

=STUDENT TODAY, LEADER TOMORROW=


Kepustakaan

Luthan, Fred. 2002. Organizational Behavior Ninth Edition. McGraw-Hill. New York
Robbins, Stephen P. 2003. Organizational Behavior Tenth Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen (Sixth Edition). PT Prehallindo. Jakarta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar