Jumat, 26 November 2010

AllenManongko: Proposal

AllenManongko: Proposal: "

Proposal


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar belakang
            Sektor pertanian merupakan salah satu sector yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia, hal ini dikarenakan lebih dari 50 persen penduduk Indonesia yang bekerja, dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian. Untuk membangun sector pertanian yang tangguh, membutuhkan penanganan yang kompleks baik perencanaan yang cermat maupun implimentasinya yang tepat. Hasil pertanian menjadi produk utama, dalam memantapkan sistem pembangunan pertanian, yang diarahkan dalam tujuan untuk mencapai kesejahtaraan masyarakat petani secara merata. Oleh karena itu pertanian perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan produksi dan hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, memperluas ekspor serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani (Mubyarto, 1995).
Komoditi holticultura merupakan komoditi yang memiliki kedudukan penting dalam masyarakat maupun perekonomian Negara. Pengembangan produksi holtikultura sebagai sumber gizi perlu ditingkatkan untuk pertumbuhan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkemampuan tinggi dalam memikul tugas pembangunan. Sementara itu, permintaan pasar dalam negeri untuk komoditas terus meningkat.
Bawang merah merupakan komoditi holtikultura yang tergolong sayuran rempah dimana komoditas ini cukup penting sebagai sumber penghasilan petani dan  pendapatan Negara. Itu artinya, produk bawang merah kontribusinya untuk masyarakat dan Negara, karena selain di pasarkan dalam negeri produk ini juga di ekspor sampai keluar negeri (Rukhmana 1995).
Bawang merah termasuk salah satu sayuran umbi multiguna, dimana selain digunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai makanan, bawann merah juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk kesehatan masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Selain itu dengan semakin berkembangnya industri makanan jadi maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya. Agar kebutuhannya terhadap bawang merah selalu terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah produksinya. Saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negeri/lokal, sedang untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah(sangat kecil prosentasinya). Mengingat kebutuhan terhadap bawang merah yang kian terus meningkat maka petani dituntut untuk bekerja secara efisien dalam mengelola usaha taninya agar produksi yang diperoleh lebih maksimal (jumlah produksi), berkualitas (mutu), sehingga dipastikan keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.
Kecamatan Tompaso merupakan sentra produksi bawang merah di Kabupaten Minahasa. Berikut ini disajikan data luas tanam, luas panen, produksi dan rata-rata produksi bawang merah di kecamatan Tompaso.
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Bawang Merah di   Kecamatan Tompaso
Desa
Luas tanam
(Ha)
Luas panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Rata-rata
Produksi
(ton/Ha)
Tember
3 (1,470%)
2
12,4
6,2
Kamanga
13 (6,372%)
10
63
6,3
sendangan
2 (0,980%)
1
6,1
6,1
Talikuran
13 (6,372%
10
63
6,3
Liba
21 (10,294%)
16
102,4
6,4
Tempok
11 (5,392%)
8
51,2
6,4
Tolok
-
-
-
-
Tompaso II
-
-
-
-
Pinabetengan
9 (4,411%)
6
37,8
6,3
Tonsewer
85 (41,667%)
70
497
7,1
Toure
47 (23,039%)
40
272
6,8
Total
204
163
1104.9
6.78
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Tompaso 2007
Tabel 1 menunjukkan Kecamatan Tompaso dengan jumlah penduduk 14.535 jiwa (2007) atau 4.81% dari total penduduk Kabupaten Minahasa yang berjumlah 301.857 jiwa (2007),  mampu menghasilkan 1104.9 ton produk bawang merah dengan luas panen 163 Ha pada luas tanam 204 Ha. Dari perbandingan jumlah penduduk Kecamatan Tompaso kurang lebih (1 ton=1000 kg; jadi, 1104.9 x 1000= 1.104.900 kg)  1: 76 atau 1 orang dengan 76 kg bawang merah.
Adapun sebagaimana dipaparkan diatas, bahwa bawang merah ini adalah jenis sayuran umbi yang sering digunakan sebagai bumbu masakan, sehingga dari fungsinya hanyalah sebagai pelengkap. Karena itu kemungkinan seseorang memakan atau menghabiskan bawang merah tidak seperti perbandingan diatas. Namun jika kita membandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Minahasa secara keseluruhan diperoleh perbandingan 1 : 3.66 atau 3.66 kg untuk masing-masing jiwa. Secara matematis menunjukkan perbandingan yang bisa diterima atau realistis sehubungan dengan proses produksi berlangsung 2-3 bulan sampai terjual. Dengan asumsi bahwa 3.66 kg seseorang mengkonsumsi bawang merah selama 3 bulan.
Dari gambaran hasil produksi menunjukkan, kesesuaian hasil (jumlah produksi) dibanding dengan jumlah penduduk kabupaten Minahasa disatu sisi tidak menjadi permasalahan.  Namun, apakah variable harga, kualitas produk dan saluran distribusi serta keuntungan dan pendapatan petani bawang merah telah sesuai?. Beragam informasi baik dari petani (produsen), penjual dan konsumen diperoleh bahan masukkan yang menunjukkan ketidaksesuaian seperti yang diharapkan.       Kecenderungan, produktivitas hasil pertanian bawang merah di Kecamatan Tomapso selalu mengalami fluktuasi. Variable Harga hasil pertanian ditingkat produsen cenderung mengalami fluktuasi (naik turun) yang cukup berarti,  hal ini diduga berkaitan dengan tinggi rendahnya produksi dari hasil pertanian. Sepakat dengan Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.  Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga  lebih besar bila dibandingkan dengan fluktuasi produksi pertanian. Keadaan ini dapat menyebabkan petani menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang memiliki harga jual yang lebih tinggi.
Fenomena lain, adalah posisi tawar harga dari pihak produsen yang tidak kuat, sehingga variable harga terpengaruh, hal ini disebabkan selain mekanisme pasar, besarnya pengaruh dari pelaku pasar lainnya seperti pedagang (tibo=bahasa Minahasa).
Hal selanjutnya, variable saluran/lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil pertanian yang akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai pemasaran dan besarnya biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Adapun Sistem pemasaran bawang merah kecamatan Tompaso kabupaten Minahasa tidak terlepas dari peranan lembaga-lembaga pemasaran yang mengambil bagian dalam kegiatan pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran terdiri atas petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. Dalam penyaluran bawang merah di kecamatan Tompaso dari petani sampai ke konsumen melibatkan lembaga pemasaran yang tidak sama. Dengan adanya perbedaan lembaga pemasaran dalam penyaluran bawang merah dari petani sampai ke konsumen menyebabkan saluran pemasaran berbeda pula. Perbedaan saluran pemasaran menyebabkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.
  
Akibatnya keuntungan yang diperoleh produsen/petani bawang merah sangat tergantung pula dari panjang dan pendeknya saluran pemasaran yang ada, dan juga terhadap konsumen dipastikan harus mengeluarkan sejumlah uang bila keadaan saluran pemasaran selalu berubah. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer.  Sependapat dengan Tomek and Robinson; apabila semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien. (Tomek and Robinson, 1990).
Sepaham dengan Irawan yang menjelaskan tiga faktor utama  yang menyebabkan struktur agribisnis menjadi tersekat-sekat dan kurang memiliki daya saing  yaitu : (1) tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan atau pelaku agribisnis, (2) terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, sehingga sistem agribisnis berjalan tidak efisien, (3) tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan pelaku agribisnis lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar (Irawan. et,al, 2001).
Persoalan kualitas/mutu hasil pertanian bawang merah, merupakan salah satu factor yang mempengaruhi harga ditingkat produsen/petani bawang merah di kecamatan Tompaso, ini disebabkan oleh factor iklim dan kondisi alam/bencana  yang tidak dapat dicegah/ditolak oleh petani bawang merah. Dan dalam hubungan dengan proses perpindahan dari produsen ke konsumen yang mengalami beberapa tahap perpindahan, yang otomatis menurunkan  mutu/kualitas hingga berdampak pada penurunan nilai jual dan harga.
Permasalahan diatas mengakibatkan dampak yang besar terhadap pendapatan petani bawang merah di Kecamatan Tompaso, yang kehidupannya berasal dari pertanian. Dengan karakteristik keluarga yang berbeda, ada kecenderungan kesulitan untuk mendapatkan nilai tambah dari hasil bawang merah yang ada.
Efisiensi pemasaran dan produksi menjadi masalah yang cukup memprihatinkan di kalangan petani bawang merah. Idealnya, untuk meningkatkan pendapatan petani maka harus ditunjang dengan harga pasar dan system pemasaran yang efisien agar arus distribusi barang dari produsen ke konsumen berjalan dengan baik. Peningkatan produksi tanpa adanya pemasaran akan mengurangi pendapatan petani dan mempengaruhi petani dalam berproduksi.
  Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran/disribusi (Tomeck and Robinson, 1990; Sudiyono, 2001).
Sistem pemasaran bawang merah di desa Tonsewer kec. Tompaso kab. Minahasa tidak terlepas dari peranan lembaga-lembaga pemasaran yang mengambil bagian dalam kegiatan pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran terdiri atas petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. Dalam penyaluran bawang merah di desa Tonsewer kec. Tompaso dari petani sampai ke konsumen melibatkan lembaga pemasaran yang tidak sama. Dengan adanya perbedaan lembaga pemasaran dalam penyaluran bawang merah dari petani sampai ke konsumen menyebabkan saluran pemasaran berbeda pula. Perbedaan saluran pemasaran menyebabkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir.
1.2.      Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemasaran bawang merah di desa Tonsewer kec. Tompaso kab. Minahasa terutama mengenai saluran pemasaran dan margin pemasaran.
1.3.      Tujuan dan manfaat penelitian
Penelitian ini bertujuan Untuk mengkaji Pemasaran Bawang Merah terutama mengenai Saluran Pemasaran Dan Margin Pemasaran Bawang Merah di Desa Tonsewer kec. Tompaso kab. Minahasa. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani bagaimana saluran pemasaran komoditi bawang merah dari petani ke konsumen yang paling menguntungkan.

Senin, 22 November 2010

Global Business


Global Business
By. Allen Manongko

I.          PENDAHULUAN
Era globalisasi dan liberalisasi perdagangan mewarnai millennium baru (abad 21). Berbagai perubahan telah, sedang, dan bakal terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa tidak ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri (change becomes constant). Adanya kemajuan dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengatahuan, telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi, dan sector-sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus informasi semakin mudah dan lancer mengalir antar individu dan/atau kelompok. Dunia sudah terasa ibarat sebuah dusun global (global village). Batas-batas geografis maupun Negara sudah tidak lagi signifikan. Akibatnya, konsumen semakin terdidik, banyak menuntut, dan memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) yang semakin kuat. Kebutuhan dan keinginan mereka berkembang semakin kompleks. Misalnya saja, konsumen masa kini tidak lagi bisa dipuaskan dengan sekedar menyajikan ‘Trade off antara harga dan kualitas produk. Amerika serikat sebagai Negara penganut liberalism, adalah salah satu gambaran umum tentang keberadaaan dari global bisnis tersebut. Sebagai Negara yang sangat kompleks disemua aspek hidup, dari sudut pandang ekonomi, USA adalah salah satu  Negara yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi didunia. Demikian aspek atau bidang-bidang lainnya. Di semua Negara di dunia mengenal yang namanya tingkat usaha, apakah besar, sedang ataupun kecil. Demikian di Negara USA tetap berlaku tingkat usaha tersebut. Namun berbagai cara dilakukan untuk mengefektifkan maupun saling melengkapi.  Hal ini dibuktikan dengan kegiatan ekonomi yang sedang digalakan saat ini di USA adalah menggalakkan usaha kecil dengan memprioritaskan pada hal melakukan ekspor. Negara tersebut memberikan 95 % dari semua aktivitas ekonomi yang diperuntukan untuk kegiatan ekonomi untuk eksport. Meskipun hanya sedikit perusahaan manufaktur yang mampu untuk bersaing dengan Negara-Negara yang ada di luar negeri.
Masalah pokok lainnya yang mempengaruhi kegiatan perdagangan internasonal yaitu masalah  tariff. Pada tahun 1950, berlaku umum tingkat tarif 15-25% , dan lewat WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) tarifnya adalah sebesar 3,9% untuk tahun 2000. Dan Saat ini tarif sudah dekat ke tingkat itu,sehingga tujuan perdagangan internasional dapat dicapai. Sepanjang pengurangan tariff diberlakukan, perubahan teknologi didorong dalam perdagangan dunia. Perkembangan yang mengejutkan, dalam teknologi komunikasi dan pergerakan dalam bidang transportasi sehingga membuat dunia semakin kecil ruangnya. Dengan komunikasi membuat jarak semakin dekat dan relative sangat murah.
Di sisi lain pada chapter ini adalah akan dibahas tentang bagaimana pentingnya membangun perekonomian dan untuk perusahaan kecil  yang sedang berkembang dan melakukan perdagangan eksport.
Dalam chapter ini, sesungguhnya ada 4 hal pokok yang menjadi gambaran umum, yaitu:
1.      Bagaimana perusahaan-perusahaan kecil memahami kegiatan perdagangan ekspor dan impor sebagai pertimbangan.,( Membangun sebuah usaha dengan prioritas eksport).
2.      Pendekatan-pendekatan yang harus dipenuhi oleh perusahaan kecil untuk memasuki pasar luar negeri (Memperleh pangsa pasar yang luas) .
3.      Prosedur yang harus diketahui/dipahami oleh pelaku usaha (ekspor/impor), dalam rangka mengurangi risiko bisnis tersebut (Beberapa alternative pilihan  system yang digunakan untuk megembangkan perusahaan dan prosedur pembayaran).
4.      Peran pemerintah dalam penggalakan usaha ekspor (Pembinaan, Pelatihan dan bimbingan serta masalah birokrasi adminstrasi).  
Beberapa hal yang terpenting apabila sebuah perusahaan kecil ini melakukan eksport sehingga dapat bertahan dan juga tumbuh dan berkembang. Dengan alasan yang sebagai berikut :
-          Alasan penting  mengapa seseorang yang ingin membuat suatu usaha dan berfikir bagaimana usahanya tersebut dapat dipasarkan dan juga bagaimana hasil produksi terbut dapat diterima di pasar. Seorang entrepreneur tersebut adalah harus bisa menemukan dan juga memperoleh sebuah market share yang baru di pasar internasional.
-          Setelah menemukan pasar yang baru maka kita dapat menemukan dan membuka setiap perubahan dan juga perkembangan yang ada sehingga dapat memperbaharui semua hasil output yang di ada dan bisa diterima oleh pasar tentunya. Dan juga tujuan dari sebuah usaha yang ada tersebut adalah dengan memperoleh profit.
-          Perusahaan-perusahaan yang  berkembang dalam usahanya adalah perusahan yang mampu bertahan dalam perdagangan internasional. Dan salah satu strategy yang diterapkan adalah dengan menggunakan strategy dumping (melemparkan produk ke luar).
-          Adapun alasan yang terahir adalah perusahaan tersebut harus bergerak di pasar internasional dan berusaha menjadi lebih baik dan juga lebih impressive.
Dengan perkembangan dan perubahan dunia yang semakin kompleks dan modern ini, terasa belahan dunia ini semakin sempit. Dan untuk mengakses individu, perusahaan, organisasi, ataupun sesuatu dapat secepatnya dapat dimiliki dan dicapai.


II.       PEMBAHASAN
Dalam memahami dan  mempertimbangkan kegiatan perdagangan internasional, hal yang mendasar dan spesifik yaitu tentang ekspor dan impor
2.1         EXPORTING
Produk (barang dan jasa)  yang dikirim dan diterima  oleh  Individu, perusahaan atau organisasi yang berbeda batas territorial negara, dengan memberikan tambahan nilai bagi kedua pihak  Dikenal dengan namanya ekspor dan impor. Hal- hal yang harus dipahami dari kegiatan ini, tidak lepas dari kerangka dasar ekspor dan impor tersebut, yaitu hubungan individu, perusahaan dan organisasi. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang maju dan modern, memberikan kemudahan bagi pelaku-pelaku kegiatan ekspor dan impor untuk dapat secara leluasa memenuhi penawaran dan permintaan serta sekaligus memenuhi kepuasan.  Gambaran Ekspor Negara USA dalam kegiatan perdagangan internasional. Diungkapkan, bahwa dengan jumlah penduduk hanya 5 % dari total penduduk dunia, mampu menjual produk-produknya  sekitar 95%   ke luar negeri.
1.      Current Situation
Hal mendasar yang digambarkan dari Current Situation yaitu perbandingan Negara-negara industry dengan Negara-negara miskin dalam hal kegiatan ekspor usaha kecil. Tidak berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh Negara industry, Negara miskin juga dalam proses penggalakkan usaha kecil untuk melakukan kegiatan ekspor masih sangat kecil kontribusinya.
Beberapa situasi penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekport import sebelumnya :
a.      The Decision whether to start exporting
Keputusan untuk memulai kegiatan ekspor, adalah suatu hal yang sangat mendasar. Suatu produk yang sukses di pasar domestic, belum tentu bisa mengantar produk tersebut di pasar luar negeri. Hal pokok yang perlu dipikirkan oleh seorang Entrepreneur adalah bagaimana membuat sebuah produk yang memiliki meunikan dan memiliki arti bagi konsumen, serta belum ada di pasar tersebut. Dalam tinjuan ini perlu diingat pula tentang factor budaya, geografis dan prioritas pasar di Negara yang dituju, karena perbedaan budaya dan geografis serta prioritas menjadi factor pokok lain selain factor permintaan dan penawaran,  sehingga apa yang sesungguhnya diharapkan dapat dicapai.
b.      Developing an export plan
Dengan adanya beberapa hal tentang produk yang dikeluarkan dan juga yang akan di export  tersebut. Tentunya barang tersebut pasti merupakan barang yang potensial yang ada di pasar domestic maupun internasional. Maka dari itu perlu adanya sebuah rencana untuk memperbaiki tujuan dari perencanaan adalah dengan membuat pemeriksaan yang ada di dalamnya berikut fakta dan juga objektivitas untuk menciptakan suatu rencana sehingga dapat dikerjakan. Ada beberapa pertanyan yang penting dalam perencanaannya yaitu :
1.      Produk-produk yang bagaimana yang harus dikembangkan untuk diekspor?
Bentukan pengembangan yang dimaksud yaitu dengan memodifikasi dan mendesain produk  yang ada, dalam rangka menyesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri.Misalnya, peralatan rumah tangga di seluruh Eropa membutuhkan tegangan yang berbeda daripada di  AS, sehingga produsen AS akan menghadapi kebutuhan untuk memodifikasi unit ke Eropa untuk memenuhi standar tegangan di sana. Selanjutnya, jika eksportir berharap untuk menjual di lebih dari satu negara Eropa, perubahan tambahan diperlukan karena colokan tidak seragam di seluruh pasar Europen. Beberapa modifikasi yang penting, beberapa hanya direkomendasikan; ada yang besar, terlibat dan mahal, yang lain kecil, tapi tidak boleh diasumsikan bahwa ekspor akan memerlukan tidak lebih dari meletakkan alamat asing pada label.
2.      Negara-negara mana yang menjadi target/ pasar sasaran?
Menentukan pasar sasaran/target market, adalah hal yang perlu dipertimbangkan oleh entrepreneur, karena sangat berhubungan dengan masalah produk itu sendiri, dan kondisi stabilitas keamanan dan politik dari perusahaan yang dituju dan Negara yang menjadi perantara tujuan. Pentingnya mempelajari kondisi setelah memperhatikan proses ekspor sebelumnya, serta dengan kita selalu mencermati lewat media keadaan yang sementara terjadi di lokasi/Negara tersebut.
3.      Harga  yang bagaimanakah yang harus digunakan?
Ini adalah di antara isu-isu praktis yang paling penting yang akan dibahas dalam rencana ekspor. Salah satu pertimbangan utama dalam menentukan harga di negara tujuan untuk bersaing di pasar luar negeri. Beberapa perusahaan akan masuk ke pasar dengan berpikir jangka panjang sehingga mereka akan berkonsentrasi pada pembangunan, sering mengorbankan keuntungan awal. Strategi adalah untuk mengembangkan citra yang baik di pasar dan menggunakan gambaran untuk merebut pangsa pasar dan kesetiaan pelanggan. Sarankan sebuah pendekatan seperti menjaga harga yang rendah di mana mungkin. Alternatif Tujuannya adalah untuk membuat uang sebanyak mungkin dari saat perusahaan memasuki pasar. Tujuan ini jelas mengarah pada keputusan harga yang berbeda dari yang dibuat dengan tujuan jangka panjang yang diuraikan di atas.
c.       Getting establish in an international market
Dua tipe yang di pergunakan dalam melakukan perdagangan di pasar internasional yaitu dengan :
1.            Indirect exporting
Ada beberapa alasan dari seorang pengusaha yang memilih dengan cara indirect exporting ini adalah dengan lasan bahwa :
-                Lebih mudah dan lebih cepat
-                Tidak memerlukan waktu yang panjang dan lama
-                Penghematan sumber daya yang ada
-                Ada bagian penanganan masing masing
Beberapa kendala pengusaha yang merupakan hal yang sering muncul dalam melakukan export :
-                Waktu yang dutuhkan terlalu lama untuk pengiriman dan juga pembayaranya
-                Jaminan (insurance)
-                Pajak
-                Ketentuan administrative
2.            Direct exporting
Dalam direct ini adalah jelas bahwa perusahaan langgung terlibat dalam pengiriman dan segala hal yang berhubungan dengan jula beli sampai pada barang diterima oleh customer.
-                Sales representative
-                Distributor
-                Beberapa perusahaan cabang
d.      Getting paid
Beberapa hal penting dapal hal pembayana dan melakukan transaksi untuk perdagangan internasional. Karena antara custumer dan juga pedagang tidak langsung ketemu dan juga tidak mengetahui barang secara fisik. Maka dari itu perku adanya yang disebut trust (kepercayaan) antara pedagang dengan customer sehingga terjadi transaksi yang baik dan benar. Baik dari barang yang dipesan sampai pembayaran dan juga pengiriman barang.
e.       Government assistance
Ekspor dan impor adalah yang urusan yang sangat kompleks oleh Karena itu perlu adanya penangan khusus untuk itu dan melibatkan banyak orangan yang di dalamnya. Sehingga export ini berjalan dengan baik dan juga sesuai dengan target yang diharpkan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan dan memfasilitasi untuk itu adalah dengan :
  • General export counseling
Beberapa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan kemudian pemerintah membentuk suatu TIC (trade information centre). Kemudian memberikan informasi untuk sebuah transaksi yang ada di pasar :
-                      Mengidentifikasi pasar terbak untuk produk yang dikeluarkan
-                      Memerikan strategy yang efektif dan informasi yang diperlukan oleh perusahaan
-                      Memfasilitasi penerapan strategy dasar atas distribusi, penetapan harga, dan juga tujuan dari perusahaan, serta menunjukkan pasar yang efektif
-                      Pemerintah Mendukung dengan program embargo
  • Industry specific export counseling
  • Country specific export counseling


2.2  IMPORTING
Amerika serikat sebagai Negara pengekspor terbesar di dunia, sekaligus juga sebagai Negara pengimpor terbesar. Sama halnya dengan ekspor, kerangka berpikir/bahasan dari impor adalah sebagai kebalikan dari bahasan ekspor. Kita akan menyelidiki beberapa elemen dasar mengimpor.
a.      Finding the Product to Import
Ada dua dasar cara menghantar pengimpor dapat diidentifikasi. Yaitu: sourcing/sumber dan opportunity-spotting/kesempatan meminjam. Proses mengirimkan melalui sourcing adalah salah satu langkah yang harus ditempuh oleh seorang entrepreneur menemukan sumber-sumber produk yang telah siap. Tujuan penyelidikan ini agar dapat ditemukan sumber produk yang memiliki kualitas yang sangat baik.
Demikian halnya dengan opportunity spotting/kesempatan meminjam adalah langkah secara sistimatis dengan berbagai pendekatan yang berorientasi pada produk konsumen. Keadaan ini terjadi bila ada sebuah/sejumlah barang yang tidak tersedia di pasar domestic, sehingga proses ini dapat dilakukan.
Dalam proses menemukan produk impor ini, proses tersebut berlangsung secara alami dan sebagai entrepreneur, dipastikan dapat mengambil langkah-langkah lainnya sehingga ketersediaan produk dapat secara cepat dinikmati oleh konsumen.
b.      Getting The Goods Into The Country
Proses memperoleh barang-barang dari luar negeri, adalah kesepakatan dari yang menyediakan dan meminta dengan transaksi kedua belah pihak. Pelayanan konsumen, dengan proses yang terdiri dari sejumlah tahapan pembukuan, inspeksi, penilaian, klasifikasi dan proses menjual.  
Barang-barang yang masuk membutuhkan dokumen-dokumen sebagai berikut:
1.      A Bill of lading, airway bill, or carrier’s certificate.
2.      A commercial invoice
3.      Entry manifest
4.      Packing lists
c.       Selling The Goods
Banyak pengusaha yang menggunakan beberapa konsep perdagangan untuk memasarkan barangnya di pasar yaitu dengan low price atau dengan high quality. Untuk konsep terbut dapat diterapkan dengan pasar domestic/dengan pasar internasional. Yang terpentig lagi adalah dengan jalan yang mudah dan dianggap penting untuk keluarga, teman dan juga sebuah kelompok.


III.    KESIMPULAN
Bisnis global harus menghadapi kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan hambatan tariff, kuota, dan non-tariff lainnya yang dirancang untuk melindungi pasar suatu Negara dari gangguan atau penetrasi perusahaan-perusahaan asing. Meskipun General Agreement on Tariff and Trade (GATT) telah berusaha menurun tariff secara efektif. Banyak Negara memberlakukan proteksi. Umumnya hambatan hukum, hambatan pertukaran, hambatan psikologis yang diberlakukan untuk menahan barang-baranng yang tidak diinginkan. Banyak bisnis yang bekerja sama untuk mengembangkan hambatan pasar sendiri bagi barang impor. Contoh nyatanya system distribusi yang kompleks di jepang menciptakan hambatan perdagangan bagi Negara-negara lain yang ingin memasarkan produknya disana. Hal seperti inilah yang menjadi ketidaknyamanan dalam proses ekspor dan impor bagi para entrepreneur dan usaha-usaha kecil yang berencana untuk melakukan kegiatan perdagangan internasional.
Seiringnya waktu, dengan terbentuknya kesepakatan kerja sama ekonomi regional, seperti : APEC, NAFTA, CACM, Andean Group, Southern Cone Common Market, CARICOM, ASEAN, European Union, EFTA, EEA, The Long Convention, CEFTA, GCC, AMU, ACC, ECOWAS, SADCC, dan CAFTA. Memberikan masukan dan gambaran bahwa keberadaan perdagangan bebas telah memasuki babakan baru di bidang ekonomi, dan menjadi suatu catatan penting bagi kalangan pelaku usaha baik secara individual, perusahaan dan organisasi untuk mempersiapkan segala yang berhubungan dengan proses ini. Bagi kalangan usaha kecil, perlu mengidentifikasi kembali, langkah-langkah strategis yang memampukan dapat bersaing secara global. Peran pemerintah sebagai policy, diharapkan dapat membantu dan memberikan kemudahan bagi pengusaha-pengusaha kecil yang ingin melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Sebagai bahan pertimbangan dari Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl (2000:19-20) dalam bukunya “Entrepreneurship” ini dikatakan bahwa keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian pada usaha kecil milik sendiri. Keuntungan dan kerugian itu antara lain:
Keuntungan:
  1. Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi seorang “bos” yang penuh kepuasan.
  2. Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.
  3. Kontrol finansial. Bebas dalam mengelola keuangan dan merasa kekayaan sebagai milik sendiri.
Kerugian:
  1. Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga—rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
  2. Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil, maupun pengadaan dan pelatihan.
  3. Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuntungan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba atau keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
Dengan melihat keuntungan dan kerugian itu, mungkin akan lebih berhati-hati dengan langkah ke depan. Karena, menurut buku yang ditulis oleh Alex Inkeles dan David H. Smith (1974:24) berjudul “Becoming Modern Individual Change in Six Developing Countries”, kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi: keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang—bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami produksi. Mungkin, teori saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan tindakan real. Aku akan mencobanya dengan seluruh kemampuan dan keahlian yang aku miliki. Awalnya mungkin masih sangat sulit, tapi untuk ke depan aku akan bisa memetik hasilnya. Who Knows?

Referensi:
Peggy Lambing and Charles R. Kuehl, 2000, ENTREPRENEURSHIP, edisi 2.
Gregorius Chandra, pemasaran global : internasionalisasi dan internetisasi, andi, 2004, Yogyakarta